Monday, March 31, 2008

[CERITA2] : Surat Dari Bunda

Assalamu alaikum,
Bagaimana kabarmu pagi ini, Anakku? Sudahkah engkau shalat Subuh dan mendoakan kedua orang tuamu? Apakah kau sempat membuka Al Qur'an dan mengaji subuh ini? Sudahkah kau melipat selimut dan merapikan tempat tidurmu? Hari ini Senin, apakah kau akan berpuasa sunnat? Mandilah dulu, anakku. Supaya badanmu segar dan fikiranmu bersih.
Anakku, apakah Bapakmu sudah juga bangun? Berjama'ah kah shalat kalian Subuh ini? Bunda tidak menyiapkan Cappucino untuknya pagi ini. Maukah kau membuatkannya? jangan terlalu manis, dan airnya cukup 3/4 gelas bening.
Heheheheheheeeee........ Lucu melihat pria2 berseliweran di dapur. Sangat tidak efisien mengerjakan pekerjaan wanita. Butuh lebih banyak sendok, makanan berceceran, dan adaaaa saja yang hangus. Benarkan kalau ada wanita pasti dunia lebih teratur? Heheheheheheeeee.......
Uuuuuuppppppsssss........ Sudah hampir setengah 6 pagi. Ingatkan Bapakmu supaya tidak ketinggalan Bis ke kantor. Jangan lupa, periksa sekali lagi buku pelajaranmu, jangan sampai ada yang tertinggal. Bunda melihat kalian dari sini. Bunda bisa membayangkan kekacauan rumah.
Aaaah...... hari ini Senin, hari untuk memulai aktivitas. Bunda pasti lemas sepanjang minggu karena Bunda tidak mendapat kecupan-kecupan mesra dari orang-orang yang Bunda cinta. Dan Bunda tidak sabar untuk kembali ke rumah.
Hati-hati, Anakku, Suamiku. Ketika kalian keluar dari pintu rumah kita, Bunda selalu meminta Allah untuk menjaga kalian, dari apapun. Take care, love you.........
Wassalam,
Bunda

Tuesday, March 25, 2008

[CERITA2] : Telur Di Ujung Tanduk

Lihat, Opu!
Telur itu di ujung tanduk
Sebentar lagi jatuh pasti
Aduuuuuuh........ pasti pecah
Mudah-mudahan tangan Tuhan bekerja
Kalaupun dia jatuh, Tuhan menimangnya
Dan mengembalikannya ke posisinya
Meskipun tetap di ujung tanduk

Tuesday, March 11, 2008

[PUISI] : Minggu Abu-Abu

Satu cermin telah retak, kemudian pecah
dan suara-suara yang keras
Menghamburkan pecahan-pecahannya ke udara
kemudian gravitasi menariknya ke bawah
Menusuk ubun-ubun
Jauh sampai ke telapak kaki
Perihnya tidak usah ditanya
Lihat saja dari bola mata
Yang merah bukan karena amarah
Tapi karena kecewa
Yang mendesak air mata
Mengambang di sudut mata

Satu cermin pecah, berhamburan di udara
Tertangkap oleh tubuh
Dan menimbulkan jejak
Yang tak akan hilang oleh waktu


(chyang chayank.......rindu....rindu.....rindu.....rindu k.......)