Monday, January 07, 2008

[LIFE SHARE] : SEJUTA PERTANYAAN

Tanpa sadar, seringkali kita mengeluh, mempersoalkan, dan juga bertanya. mungkin jika diakumulasikan, ada satu juta pertanyaan+keluhan+hal-hal yang kita persoalkan per hari dalam kehidupan kita. belakangan ini, seringkali saya mereview apa yang terjadi dalam satu hari kehidupan saya. saya coba list beberapa hal yang bisa saya ingat dalam kehidupan harian saya dan Opu Sayang.
1. Kenapa ya saya harus nge-kost sama suami? karena cuma tinggal di satu kamar, kami jadi tidak bisa menggaji orang untuk bantu-bantu saya mengurus segala kebutuhan kami berdua sebelum berangkat kerja? Kebetulan kami berdua bekerja. Suami saya berangkat kerja jam 6 pagi, dan saya jam 7 pagi.
2. Aduh! Kenapa suamiku rewel sekali soal makanan? Tidak bisa beradaptasi dengan apa yang tersedia?
3. - - - - - - S E N S O R E D - - - - - - - - - -
4. Aduuuuuuh! Kenapa teman kantor ini sok sekali?
5. Mahalnya harga makanan di kantin!
6. Aduh! Ini boss ku toh! Nda tau kah dia kalo banyaaaak sekali kerjaku??? Ditambah lagi, di tambah lagi!
7. Ededeeeeh...... Disuruh lagi men-translate? Nda bisa kah orang2 itu pake kamus dan mentranslate sendiri?
8. Menjengkelkan! Kenapa ada teman kerja yang dikasih akses internet, kenapa saya tidak?
9. Uuuppphhhh..... Amandelku meradang lagi! Demam lagi
10. Aaarrrgggghhh....... Siapa sih kau??? Suamiku aja nda pernah complain dengan over weight-ku! Kenapa kamu yang pusing dan mengolok2?
11. Aduuuh... Lamanya orang2 ini pulang kantor! Ini kan sudah jam pulang. Betah sekali mereka
12. Lambannya pelayanan di kantin ini!
13. Aduuuh.... Capek! Kenapa sih Opu Sayang tidak bisa cari makanan sendiri untuk makan malam???
14. Opu Sayang toh, jahat sekali. Nonton beritaaaa mulu, nonton bolaaaa terus! Saya kan juga mo nonton
15. Aaarrrgggghhhhh.... Abu rokoknya, Opuuu!!!!!
16. Opuuuu! Jangan buang tissue ta' sembarangan!
17. Aduh! Mana kah ini mobil? Kenapa dipake lama sekali? Saya kan juga mau keluar!
18. Hiiikkkzzzzz..... Opu tega sekali! Dia lebih memilih keluar dengan temannya daripada nungguin saya yang lagi sakit. Kalau dia yang sakit, kita harus standby jaga dia. Tidak adil!
19. Aaaaarrrggghhhh.... Kenapa Mama ini mau ditelfon terus tiap hari??? Pulsa nda murah kaleee....
20. Hiiiikkkkkssssss....... Kenapa jam segini suamiku belum pulang? Kan saya sudah capek, ngantuk nungguin dia pulang! Mana besok kerja lagi
21. Sh*t! Brengsek laundry ini! Nda becus kerjanya! Nda bersih! Setrikanya juga asal!
22. ................ and so on ................
Sedihku membaca list di atas. Semuanya mengalir begitu saja, ditulis tanpa perlu menyerengitkan dahi tanda berfikir apa lagi yang perlu ditulis. saya pun berhenti melanjutkan daftar di atas karena menyadari begitu panjangnya daftar, begitu banyaknya keluhan, begitu seringnya saya mengumpat, dan mempersoalkan hal-hal sepele. Pertanyaan mendasar yang kemudian timbul adalah, "Mengapa saya MERASA tidak pantas menerima semua itu?". Lucu yah? Egoisme dan keakuan kita tiba-tiba muncul saat menghadapi sesuatu hal yang kita RASA tidak layak untuk kita RASA. Mengapa? Siapakah saya sehingga saya tidak bisa menerima begitu banyak hal dalam keseharian saya?
Saya punya satu jawaban konkret dan logis untuk membenarkan semua keluhan dan kekecewaan saya.
1. Suamiku kerja, kenapa rumah kami tidak diperbaiki? Kenapa justru keuangannya dialihkan ke hal-hal sekunder dan lux yang hanya untuk memuaskan hobby-nya?
2. Suamiku terlalu pemilih soal makanan, tidak bisakah dia seperti saya dan suami-suami lain yang mensyukuri apa yang dihidangkan istrinya di meja makan? Toh itu bukan makanan tadi siang atau makanan kemarin
3. - - - - - - - S E N S O R E D - - - - - - - - -
4. Ugh! Saya tauji kau hebat! Kenapa harus pamer????
5. Untuk satu kali makan, minimal 12rb. Mahal kan?
6. ....... dan seterusnya, saya fikir cukup jelas kenapa saya harus mengeluh dan ngedumel. Jelas kan kalo hal-hal tersebut satu kumpulan item yang menjengkelkan????
Tidak jarang, di akhir hari, saya merasa amat lelah dan merasa tidak bahagia. Saya merasa dilecehkan dan terbebani dengan kejengkelan saya dan ketidakpekaan orang-orang di sekeliling saya tentang sikap-sikap minus mereka. Terkadang saya merasa menjadi manusia paling malang di muka bumi ini, heheheheeeee.......
Time flies, saya merasa harus ada yang dirubah. harus ada win win solutions untuk kelelahan mental saya. Curhat memang help a lot, tapi sepertinya, tidak banyak membantu mengatasi masalah yang unfortunately, adalah hal-hal yang sifatnya repetisi. So, mulailah saya berusaha mencari tau apa yang menyebabkan semua itu bisa memberi ornamen dalah keseharian saya. berdialog dengan diri sendiri dan mencoba merubah mind set terhaap berbagai hal. positive thinking juga menjadi salah satu obat mujarab untuk semuanya. merasa diri nelangsa dan objek penderita nampaknya harus pergi dari fikiranku. Saya memulai dengan memikirkan bahwa semua manusia di sekeliling saya, mereka yang bergerak, berbicara, beraktivitas dan menimbulkan riak di udara sekeliling ekosistem saya harus saya pandang sederajat dengan saya. Tidak ada yang lebih, dan tidak ada yang minus. semua pekerjaan dan pebuatan saya UPAYAKAN, sekali lagi saya ulang, UPAYAKAN untuk saya kerjakan dengan ikhlas. Meskipun sumpah mati demi Tuhan Yang maha Esa, seringkali jika ego juga sudah angkat suara maka suliiiiit sekali melakukan sesuatu dengan ikhlas. Selain itu, saya berusaha agar tidak mengharap pamrih terhadap apa yang saya lakukan terhadap orang lain. Jujur, semua adalah perjuangan. Betul-betul perjuangan yang menguras keringat dan air mata, cieeeeeee.............
So then, saat kita suadah mulai cool down dan toleransi, other people nampaknya masih nda peka juga, malah terasa makin neglunjak dan mukanya minta digores, heheheheeeeee.......Jadiiiii.....sabar....sabar...... sabar...... pokoknya siapkan tabungan sabar yang besar. Meledak sekali-sekali kayaknya perlu ji juga, biar orang "ngeh" dan bisa koreksi diri juga.
BTW, kadang kita terlalu terfokus sama diri kita. Kita selalu menginginkan diri kita merasa nyaman. seringkali tanpa kita sadari, kenyamanan yang kita peroleh bisa jadi merupakan penderitaan orang lain. Sebenarnya, perasaan menderita itu kadang-kadang kita rasa sebab kita rela merasa menderita. Hidup itu pilihan memang. Kita yang memilih, kita mau menjadi bahagia atau cuma bisa melihat kebahagiaan orang lain. bahagiaan bukan diberikan oleh orang lain, tetapi sesuatu yang kita ingin raih, sesuatu yang kita usahakan.
Sahabatku Meta pernah merasa sangat nelangsa dan putus asa menjalani hubungan pacaran dengan Fadil yang (menurutnya) egois, keras kepala, minim perhatian, apalagi romansa cinta seperti yang dia sering liat di Sinetron. Akhirnya, Meta memutuskan hubungannya dengan Fadil dan menggantikannya dengan cinta Den*** yang melambungkan hatinya dengan semua telfon perhatiannya, jemput kiri kanan, antar kiri kanan, menhabiskan weekend di mall dan Bioskop SETIAP MINGGU, SMS-SMS mesra penuh cinta, hadiah-hadiah fancy, dan berbagai romasa yang 9menurutku) cuma pantas dilakukan oleh anak2 bau kencur yang baru merasakan ketertarikan kepada lawan jenis. Maaf, Meta, ini bukan sinis. Saya pun turut bahagia melihat kau mampu melupakan hubungan 3 tahunmu dengan Fadil hanya dalam hitungan hari kemudian menggantinya dengan Den***-mu yang romantis, perhatian, baik, sabar, bla.....bla....bla..... Saya senang tidak lagi melihatmu nelangsa, BT, uring2an, dan manyun tiap hari (heheheeee.......). Tapi satu pelajaran berharga yang bisa sama-sama kita petik adalah : memuaskan ego sama halnya meminum air garam saat kita haus, won't enough, never be enough. Sebab tidak ada manusia yang sempurna. Tidak ada manusia yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia lain. Jodoh bukan berarti keselaran visi dan misi hidup. Mampu berjalan bersama dan beriringan bukan berarti kedua individu ini sama dalam hampir semua hal, tetapi MUNGKIN karena mereka mampu memberi dan menerima, semua hal, tanpa membedakan bahwa hal tersebut membahagiakan atau mengecewakan, menggembirakan atau menyedihkan, serta punya kemampuan dan KEBERANIAN untuk mengkomunikasikan secara verbal.
Menurutku, teori-teori tentang cinta tidak bisa berlaku saat satu individu merdeka menjalin hubungan dengan individu lainnya, sebab manusia adalah sel-sel kompleks dengan bermacam variabel yang memberikan pengaruh terhadap pola pikir, sikap, sifat, tingkah laku, perkataan, dan semua komponen yang membantunya hidup dan survive.
Dan JUJUR, menulis dan berteori jauh lebih mudah dari pada mengaplikasikan semua teori-teori tersebut. Tidak mudah untuk menciptakan sebuah kondisi stabil di mana manusia yang berinteraksi dengan kita tidak memiliki potensi untuk mengecewakan kita. Semuanya masalah waktu saja. Mengapa kita merasa disakiti? karena dia atau mereka LEBIH DULU melakukan tindakan yang menyakiti kita daripada kita sendiri melakukan. Coba saja bayangkan jika kita LEBIH DULU melakukan sesuatu hal yang menyakiti mereka, pasti mereka juga akan menudiang bahwa KITA telah menyakiti mereka. Waktu. Dan niat.
Balik kepada masalah keluhan-keluhan harian saya, ke masalah amarah, kekecewaan, dan bad mood saya, mungkin sebaiknya saya belajar lagi untuk memiliki toleransi yang lebih tinggi dan lebar. Tidak menjadikan diri sendiri sebagai tolak ukur orang lain dalam bersikap/berbuat, tetapi jangan lupa untuk memberikan batasan sejauh mana orang mampu mengusik kebahagiaan dan ketenangan hidup kita. berbicara tanpa perlu menegangkan urat leher pun nampaknya bisa menjadi media relaksasi yang bagus dalam menjalani kehidupan. Santai, tapi punya target. Punya prinsip. Punya arah.
BTW, malaikat-malaikat yang tadi nemenin saya menulis ternyata sudah pada pulang. Perlahan tapi pasti saya merasa semua darahku terpompa naik ke kepala, DENGAN CEPAT, saat seorang teman melintas di belakangku dan mengeluarkan komentar pedas, "Kerjako, Imas! Makan gaji buta inieee. Main internet terus ji dia kerja!".
BTW, kalau kau main internet di KOMPUTERMU, pakai akses internetmu SENDIRI, di jam-jam di mana load kerjamu memang TIDAK BANYAK, apa pantas orang yang kerjaannya LAGI NUMPUK complain dengan aktivitas kita??? Sementara BTW, kalo pekerjaan kita lagi numpuk, dan mereka lagi slow down, apa kita, SAYA pernah rese mengurusi mereka? Sepanjang ingatanku belum pernah tuh! So, apa saya salah kalau dengan kondisi ini saya marah, kecepa, dan mengeluh?
Mudah-mudahan ini bukan sebuah pembenaran, heheheheeee........

No comments: